[Vignette] Under The Stars

Under The Stars

Main Casts : B1A4’s Jinyoung x OC’s Han Eun Mun | Genre : Fluff-Romance | Length : 1.291 words | Rating : G | Author : Banaby

(/>3<)/ ♥ 8(>///<8)

Kenapa ?

Kenapa ?

“KENAPA ??!!!”

“Kau ini ! Berperilaku lah layaknya perempuan !”

“Jadi maksudmu aku tidak terlihat seperti perempuan. Begitu ?”

“Kalau ku bilang iya, apa yang akan kau lakukan ?”

Tanganku mengepal dan siap memukul untuk yang kesekian kalinya hari ini, cukup untuk ku masukkan kedalam catatan rekor ku karna telah memukulnya beribu – ribu kali. Jika saja ia tak menghentikanku tentunya.

“Kubilang, berperilakulah layaknya perempuan. Han Eun Mun…”

Masih dengan memegang lengan kanan ku, ia mengatakan hal tersebut dengan intonasi yang terlampau halus. Bisa dikatakan aku nyaris terbuai oleh kedua pandangan tegasnya, karna itulah aku menghentakkan tanganku agar dapat terlepas dari nya.

“Mengapa mereka tega membiarkan aku berada disini dengan laki – laki menyebalkan seperti mu !”

Tentu saja aku berada didalam kekesalan yang semakin siap untuk diledakkan.
Bagaimana tidak ?
Teman – teman ku di kelas klub bahasa Inggris seperti sengaja mengunci ruangan kelas itu dan membiarkan aku menunggu ayah ku datang disini.
Di tanah lapang yang sepi dan hanya diramaikan oleh kehadiran bintang gemintang yang berkelip tanpa suara. Terlebih, mereka membiarkanku duduk di bangku panjang ini.
Berdua, hanya berdua dengan laki – laki menyebalkan yang hidup berparasit seperti orang yang berada disamping ku ini.

“Bersikap sopanlah. Aku sunbae mu !”

Tak peduli !
Aku tak peduli !
Sifatnya terlalu kekanakkan dan lagi cengiran yang biasa ia jadikan jurus andalan ketika aku tak ingin diganggu oleh nya itu entah mengapa selalu mengganggu.
Itulah dia.
Parasit !
Tapi…
Meskipun begitu aku harus mengaku, aku menyukai laki-laki itu. Parasit itu. Jung Jinyoung itu.
Jangan tanya “Kenapa”, karna aku tak akan mampu menjawabnya. Lebih baik kalian memberikanku 50 soal deret geometri –yang sebenarnya sama – sama kubenci– dari pada menanyaiku hal tersebut. Anggap saja aku sudah gila.

“Hey, gadis bermata empat !”

“Berhenti memanggilku begitu !”

Ia justru menyajikan cengiran yang membuatku sebal karna di suasana malam seperti ini, senyumnya itu bahkan nampak lebih terang dibanding bintang yang sebenarnya tertawa. Bagaimana bisa ?!

“Kupinjam sepatu mu ya !”

Secepat kilat tangannya merenggut sepatu pantofel ku yang padahal masih bertengger ria menutupi kaki ku yang sebenarnya merasa kedinginan. Beruntunglah aku mengenakan kaus kaki hari ini setidaknya aku merasa cukup hangat.

Dan bersamaan dengan hal itu juga lah ia berlari menjauhiku, yang tentu saja aku akan mengejarnya. Jangan heran dengan tingkah dua anak SMA yang kekanakkan seperti kami, toh hal ini sudah menjadi pemandangan lumrah bagi seluruh penghuni sekolah.

Aku masih terus berlari, tak jarang aku hampir menangkapnya, menghentikkan gerakannya dan menghalau langkahnya. Namun tetap saja sedari beberapa puluh menit yang lalu hingga sekarang, aku tak juga mendapatkannya! Benar – benar parasit itu !

Aku mulai kelelahan dan memperkecil gerak langkah ku. Sudah berapa puluh kali kita mengitari lapangan ini ? Tak terlampau luas memang, namun cukup membuat peluhku menetes deras dan asam lambungku naik memuncak. Mungkin ia pun sama lelahnya seperti ku.
Jinyoung sunbae-pun memperlambat lari nya yang kini justru terlihat berjalan seperti biasa. Lantas ia membalikkan tubuhnya menghadapku yang tertinggal cukup jauh darinya,

“Mata empat ! Kau boleh mengambil sepatu mu. Asal kau jawab pertanyaan dari ku !”

Dengan hanya difasilitasi oleh lampu pemancar yang berada di sudut – sudut lapangan tak heran jika aku kesulitan melihat wajahnya, namun ditengah kegelapan itu kudengar tegas suaranya yang jujur saja, suara itu terdengar seperti suara hidung yang dibuat – buat.

Sempat berfikir lama untuk menjawab pertanyaan yang hanya membutuhkan satu anggukan atau sebuah gelengan itu. Takutku, ia akan bertanya hal – hal menyebalkan yang menyangkut pada kehidupan pribadi.

“Yaaa! Gadis mata empat !”

ugh- berisik !
“Baiklah baiklah ! Aku akan menjawab pertanyaan mu itu !”

Bulan yang semula diselimuti awan hitam mulai menampakkan wujudnya sedikit demi sedikit, namun naas tubuh parasit itu telah menutupi sebagian tubuh sang permadani malam. Dan anehnya, aku baru menyadari bahwa kini jarak kami tidak lebih dari 1 METER ?!

“Kuharap kau menjawab nya dengan jujur. Han Eun Mun”

Lho?
Ini seperti…

Suasana ini seperti …

Seseorang yang sedang menyatakan cinta!

Tolong, bagaimana jika ia bertanya, maukah aku menjadi miliknya? Aku harus menjawab apa ?!

“Jika sudah menikah nanti. Kau ingin memiliki berapa anak ?!”

—–siiiiiiiiiiing—–

Hening.

Tak ada suara.

Pertanyaannya terlalu menghebohkan bahkan binatang malam pun ikut tercengang. Aku pun sama terkejutnya.

“Hya! Pertanyaan macam apa itu !!”

“Jawab saja”

Oh Tuhan ! Tolong aku ! Apa salahku sehingga Kau membuat perasaan ku yang suci ini menyukai orang se-nista dirinya ?

“Untuk apa kau tau ?”

“Jawab”

“Tidak”

“Jawab”

“Itu pertanyaan bodoh !”

“Jawab”

Ugh- baiklah aku menyerah. Aku selalu bertanya – tanya, mengapa harus orang ini ? Temanku kebanyakan selalu terlihat bahagia saat menceritakan pengalaman nya dengan orang yang mereka sukai. Tapi aku ?

“Aku tak terlalu suka anak kecil. Jadi mungkin aku hanya ingin memiliki 4 anak. Kuharap mereka kembar”

“Bagaimana? Sudah puas mendengar jawabanku ?”

“nama ? Kau akan memberi mereka nama yang bagaimana ?”

Oh ayolah, aku benar – benar sudah tidak tahan. Kakiku terasa dingin dan parahnya jantungku juga sudah mulai kelelahan karna terus memompa darah tak beraturan sejak kami berjarak sedekat ini.

Aku menyukainya. Benar. Dan hal itu dapat kurasakan ketika aku selalu menyebut namanya ditengah – tengah do’a yang kupanjatkan. Membayangkan wajahnya ketika kumulai lelah dan menutup mata. Merasakan kehampaan yang amat ketika suaranya bahkan hanya bergema ditelingaku tanpa ku lihat raganya.

Tapi, terlambatkah untuk menyesal ?

Pertanyaan yang ia lontarkan bahkan semakin aneh. Malas sekali untuk menghiraukan pertanyaan bodoh seperti itu. Tapi, baiklah, aku harus tetap berjuang demi kehangatan kaki ! Oke, abaikan aku.

“Ugh ! Nama ya ? Ng- yang pasti aku tidak akan menamai mereka nama yang sama denganmu !”

.

.

.

Laki – laki itu diam, cukup untuk mengundang kekhawatiran ku. Akankah ia membenciku setelah mengucapkan hal seperti itu ? Tuhan, meskipun ia menyebalkan tetap saja aku tak ingin dibenci oleh orang yang kusukai.

Kutunggu jawabannya dalam cemas, ia masih tak bergeming. Justru menatapku dalam. Mata sipit nan tajamnya seperti merasukiku yang tanpa sengaja menarik tubuhku untuk mendekatinya, melihat tanpa jarak sorot mata yang membuai itu.

Dibawah kerling bintang yang seolah ingin tau, kami sama – sama mengusir jarak yang mengganggu. Baik, mungkin jarak kami kini hanya kurang dari 30cm. Seolah lupa akan kejadian menyebalkan sebelumnya, aku justru mengulum senyum ku saat melihat senyuman yang terukir hangat dipermukaan wajahnya.

Semakin lama wajahnya semakin mendekat, Kupejamkan mataku karna tentu saja aku sudah tidak mampu lagi menahan semua kegilaan ini. Tanpa melihatpun aku tau, bibirnya kini tengah bertengger mengapung disebelah telingaku. Menciptakan desiran aneh yang menaikkan suhu tubuhku dalam hitungan sekon. Deru nafasnya yang beradu cepat denganku seakan membuat gelenyar geli disekitar dada sampai perutku. Desah suaranya mulai mengisi relung pendengaranku yang membisikkan

“Jawaban yang bagus. Karna memang tidak mungkin seorang anak memiliki nama yang sama dengan ayahnya sendiri”

Detik itu juga aku berharap Tuhan mencabut nyawaku.
Kemana para malaikat itu ? Tidak taukah aku sudah mulai gila disini ?

“YA! M-MAKSUDMU APA BODOH !!!”

Tanpa ba-bi-bu, aku mendorong tubuhnya kencang. Kuharap ia tak kesakitan karnanya.

Tetapi salah ku berharap seperti itu, ia kembali berjalan mendekat dengan tatapan mata yang lebih serius dari sebelumnya, keheningan malam mengiringi langkahnya untuk mendekatiku yang tak bergeming menghindar. Bahkan aku tak marah ketika dengan gamblang nya ia menarik lenganku pelan dan menggenggamnya.

Tirai mata nya yang tajam menikamku, sejurus dengan kehangatan yang dibaginya. Aku tak bisa mengelak.

“Bintang itu adalah saksi. Aku berjanji, dimasa depan aku akan menikahimu, membuat 4 orang anak dan menamai mereka bersama – sama”

“Aku menyukaimu. Gadis bermata empat dungu !”

Sebuah kecupan ringan mendarat dikeningku yang kehangatan juga kelembutannya tak bisa diragukan lagi. Perasaannya yang gila itu ia letakkan disana sehingga menyusup ke otakku yang jujur saja belum dapat diterima oleh sudut logika manapun.

Bintang yang berbinar diantara kegelapan langit malam seperti mentertawai kebodohanku yang mengangguk pelan dan memeluknya erat.
Semakin erat.

Fin

Annyeong~ kenalin aku trainee disini. Pen-name aku banaby tapi biar akrab sapa aku pake autan aja yaaa hahaha. Oh iya ini fanfic pertama yang aku post disini. Mohon bantuannya yaaa^^

By left your comment below cause I need every single word that you give only to me as an appreciation and my honor.

At last, thank you for come in~ bye byeeee ^,^)/

Leave a comment