You Are My MVP, Chaekyoung – part 8

Author     : Levina Putri (twitter @puputlevina)
Title         : You Are My MVP, Chaekyoung – part 8 (adapted from Ienakiko/Homeless Child/Rindu-rindu Aizawa II)
Genre        : Romance, friendship, values of  life, school life
Rating     : PG-13
Main casts : – Ryu Chaekyoung (maybe) as readers
–    B1A4 Jinyoung as Jung Jinyoung
Other casts : – Cha Yunhi (OC)
–    Kim Shinmi (maybe) as readers
–    B1A4 CNU as Shin Dongwoo

Annyeong readeurdeul ^^
Setelah part ini mungkin agak lama lanjutannya. Entah nanti agustus atau mungkin lebih cepat, tergantung sikon hehe. However makasih banyak untuk readeurdeul yang setia baca apalagi komen ff ini 😀 Dorama Ienakiko ini emang bagus banget versi aslinya dan ini udah sampe pertengahan cerita (lewat dikit)
Tak lupa author juga ucapkan makasih banyak untuk roommate author (Damy, istrinya JYJ Yoochun kkkk :3) yang udah tiga minggu ini bantu post ff, ane udah lama ga ol PC hehe
So, sampe ketemu beberapa minggu ke depan ya, jangan bosen-bosen baca ff di sini. Bulan depan pasti ada lanjutan ff ini dan Let’s Raise Our Baby 🙂

Author POV
“Chaekyoung-ah, baru pulang rupanya.” sapa harabeoji tukang kebun saat tidak sengaja berpapasan dengan Chaekyoung di kebun.
“Ne.” Chaekyoung tersenyum ramah.
“Ah malam ini dingin sekali. Hangatkan dirimu sebelum tidur, Chaekyoung-ah. Jaljayo.”
“Harabeoji.” Chaekyoung masih penasaran akan sesuatu, “Siapa orang itu?”
“Aish lagi-lagi masalah itu. Kau tidak perlu memikirkan soal itu lagi. Dia hanya dikurung karena sedang sakit.”
“Sakit apa?”
“Dia suka menyanyi, berteriak, dan menangis tiba-tiba. Tingkahnya tidak bisa dipahami.”
“Andwae. Ahjumma itu terlihat sangat baik. Jaljayo, harabeoji.”
“Chaekyoung-ah, pokoknya jangan dekati dia.”
‘Aneh. Ini aneh. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh harabeoji.’ pikir Chaekyoung.
“Ya! Sedang apa kalian!”
Bokju dan Munhee sedang mengobrak-abrik isi kamar Chaekyoung. Pasti mereka menuduhnya yang macam-macam lagi.
“Berhenti kalian!”
“Kami sedang mencari perhiasan nyonya Sukjin yang kau curi.”
“Sudah kubilang aku tidak mencurinya!”
“Aigoo siapa lagi kalau bukan kau yang mencurinya?”
“Sudah kubilang tidak tau!!!” iblis kecil itu memang tidak bisa dihadapi dengan cara baik-baik. Chaekyoung menghampirinya dan menjambaknya.
Di tengah kesempatan itu, Munhee, si ketua pelayan, menjatuhkan sebuah cincin berlian curiannya di situ.
“Ah! Aku menemukannya!” pekik Munhee.
“MWO?”
“Ini kan cincin nyonya Sukjin.”
“Mana aku tau! Aku tidak pernah mengambilnya!!!”
“Jangan bohong! Dasar maling!” bentak Bokju sambil berteriak, “Ini bukti yang tidak bisa dielakkan.”
“Mengakulah. Kau sembunyikan di mana perhiasan curianmu yang lainnya!” orang yang memfitnah itu ikut memojokkan Chaekyoung seakan benar-benar Chaekyoung yang berdosa, bukan dia.
Plak. Yunhi yang baru datang langsung menampar Chaekyoung.
“Tidak akan kuampuni! Sudah membunuh eomma, kau juga mencuri perhiasannya!”
“SUDAH KUBILANG AKU TIDAK TAU!!”
Yunhi terlihat berdarah dingin saat ini, “Aku tidak tahan lagi kalau harus lebih lama tinggal bersamamu. Aku tidak mau tinggal dengan cucu palsu seperti kalian lagi!”
“Kalian? Shinmi…”
“Sudah jelas kan?”
“Ternyata memang akal-akalanmu saja kau ingin berteman dengan Shinmi.”
“Ani ya, hanya saja ada batas waktunya.”
“Nona Yunhi tidak butuh teman! Semua orang mencintainya!” Munhee mendorong Chaekyoung hingga ia tersungkur.

*    *    *

Shinmi membuka jendela kamar barunya di lantai dua. Tanpa sengaja, ia melihat sosok yang dikenalnya di rumah seberang dengan sebuah sepeda yang dipenuhi beberapa koran di keranjangnya.
“Shinwoo sunbae…”
Ia segera turun dari kamarnya dan keluar untuk sekedar menyapa sunbaenya itu, yang bahkan tidak ia kenal secara personal.
“Annyeong.” Shinmi menyapa penuh keramahan.
Shinwoo terlihat sedikit terkejut aksinya terlihat oleh Shinmi. Tapi Shinmi tidak punya pikiran negatif apapun. Shinwoo tidak membalas sapaan Shinmi. Bahkan ia tidak meresponnya sama sekali dan langsung pergi dari tempat itu tanpa basa basi sedikitpun.

*    *    *

“Ya, neo.” panggil seorang namja si sebuah gang kecil.
Chaekyoung tau panggilan itu ditujukan padanya. Tapi ia lebih memilih untuk tidak menggubrisnya karena ia tau hanya akan menimbulkan masalah.
“Neo.” salah satu dari tiga namja itu menarik lengan Chaekyoung, “Kau memakai seragam SISHS, pasti punya banyak uang kan? Serahkan seluruh uangmu pada kami.”
“Aku tidak punya uang.” Chaekyoung berusaha melepaskan cengkeraman namja itu.
“Jangan bohong!” namja itu menarik tas jinjing Chaekyoung.
“Ya!”
“Beraninya mengeroyok seorang yeoja kecil.”
“Jinyoung-ah…”

*    *    *

“Kau jangan salah sangka ya, cuma kebetulan saja aku sudah lama tidak menghajar orang yang menyebalkan. Aku sama sekali tidak bermaksud menolongmu.” kilah Jinyoung setelah selesai memukul mundur tiga namja itu tadi.
“Mianhae.”
“Aish sudah kubilang aku tidak berniat menolongmu, tidak usah minta…”
“Bukan itu.”
Jinyoung mengernyitkan dahinya tidak mengerti.
“Ulangtahunmu. Mengenai ulangtahunmu.”
Jinyoung menunduk, “Oh, itu. Aku juga minta maaf karena sudah keterlaluan membentakmu.”
“Jadi sekarang…kita sudah baikan?”
“Ne.” Jinyoung mengangguk sambil tersenyum.

*    *    *

Namja setengah baya itu sudah siap dengan penyamaran dan pelariannya. Ia sudah memakai kacamata hitam, topi, dan masker.
“Semoga setelah naik ini aku bisa bebas dari serigala-serigala haus darah itu.”
Namja itu, yang tak lain adalah appanya Chaekyoung yang berniat kabur dari kejaran mafia, berpura-pura membaca koran selama menunggu kereta, untuk menutupi wajahnya. Tapi tiba-tiba ada yang membelah korannya menjadi dua bagian dengan pisau.
“Aaaaa!!”
Gerombolan mafia itu membawa appa Chaekyoung ke tempat yang lebih sepi. Dan tidak ada yang menolongnya karena di stasiun tadi pun memang sangat sepi. Appa Cahekyoung di lemparkan ke lantai. Bos dari mafia itu merogoh saku kemeja yang dikenakan appa Chaekyoung dan menarik secarik kertas.
“Tujuan Daegu ya?” namja itu tersenyum jahat. Buk. Ia menendang perut appa Chaekyoung. Ia hanya bisa meringis kesakitan dan menangisi nasibnya tanpa bisa melawan.
Tak lama setelah itu, Chaekyoung pulang ke rumahnya.
“Appa?” serunya saat tak melihat sosok appanya di rumah kecil itu. Tapi yang menjawab bukanlah appanya, melainkan suara dering telepon. Ia merasakan firasat buruk bahkan di deringan yang pertama. Ia berjalan perlahan menuju telepon itu, “Yeobeoseyo.”
“Ayahmu sudha melanggar perjanjian.”
Chaekyoung hapal betul telepon dari siapa itu, “Jangan-jangan kalian sudah…” kali ini Chaekyoung berpikir benar-benar negatif.
“Melanggar perjanjian harus ditebus dengan kematian.”
“Chamkaman. Appa ada di situ kan? Aku ingin bicara dengannya!”
Tut tut tut. Sambungan telepon diputus dari sana. Tanpa banyak berpikir lagi, Chaekyoung berlari keluar rumah menuju gudang tempat mafia itu.
“Appa!!”
Anggota mafia itu mempersilahkan Chaekyoung masuk. Chaekyoung langsung berlari menghampiri appanya yang sudah duduk lemas di kursi.
“Mianhae, Chaekyoung-ah. Aku mencoba kabur tadi karena terpaksa, aku benar-benar takut. Jadi tanpa sadar aku melarikan diri.” namja itu maih saja ngawur dan banyak bohong.
Chaekyoung berdiri, “Tolong, bisakah kalian kembalikan appaku? Dia tidak akan mencoba kabur lagi. Aku yang akan bertanggung jawab penuh. Begitupun dengan uangnya, akan kuserahkan pada kalian sebelum batas waktu berakhir.”
“Sudah mustahil bagimu untuk menghasilkan uang seratus juta.”
“Andwae!”
“Jika tuan besar keluarga Cha meninggal, kemungkinannya jadi nol. Saat ini di rumah keluarga Cha sedang berlangsung operasi yang kemungkinan berhasilnya sangat kecil.”
“Mwo? Kenapa kau tau?”
“Makanya aku terpaksa harus mengambil uang asuransi darimu.”
“Membunuhku sekarang pun kau tidak akan dapat sepeserpun.” appa Chaekyoung bicara seperti tanpa nyawa.
“Ada kalanya mayat orang yang meninggal baru ditemukan sebulan kemudian.”
“Kenapa kau sampai berbuat sejauh itu hah?” Chaekyoung benar-benar geram dengan orang tak berhati ini.
“Demi uang. Demi uang aku sanggup melakukan apapun. Ya setelah ini akan kujadikan saja ini sebagai kasus bunuh diri ayah dan anak.”
Anak buah mafia itu seakan mengerti dengan kata-kata bosnya. Ia meletekkan pistol di kepala Chaekyoung dan appanya bergantian. Appa Chaekyoung memejamkan matanya ketakutan.
“Apa sampah masyarakat juga takut mati?”
“Kau yang sampah masyarakat. Dengar, setiap orang pasti membutuhkan orang lain. Hanya dengan hidup saja setiap orang sudah punya nilai.”
Bos mafia itu tersenyum jahat, “Yang kubutuhkan adalah uang, bukan orang lain. Manusia bisa berkhianat, tapi uang tidak akan berkhianat. Manusia sering menyakiti, membenci, dan menjerumuskan orang lain. Tapi uang tidak akan begitu.”
“Dulu juga aku berpikir begitu. Tapi saat ibuku meninggal, aku sangat sedih. Sedihnya tak tertahankan! Tidak punya uang satu won pun kupikir tidak apa-apa. Asalkan eomma tertolong. Manusia tidak akan kalah dengan uang. TIDAK AKAN!!”
“Ini polisi! Buka pintunya!”
Polisi datang tepat pada waktunya kali ini.
“Kalian ditangkap karena kepemilikan senjata ilegal dan obat-obatan terlarang.”
Mafia itu tersenyum pada Chaekyoung, “Nona kecil, sepertinya kau sangat beruntung. Kami harus menjalani pemeriksaan polisi dulu.”
“Penculikan atau pemerasan, kami tidak bermaksud menangkapmu karena tuduhan sepele seperti itu.”
Bos mafia itu hanya tersenyum santai sambil membetulkan kacatamanya.

*    *    *

“Apa tidak ada daging yang sedikit lebih murah?” seorang namja berseragam SISHS tampak sedang membeli bahan masakan di sebuah toko daging kecil.
“Jwesonghaminda, kami tidak menjual daging dengan mutu sejelek itu.”
Namja itu berbalik dan terlihat kecewa. Tidak sengaja ia menjatuhkan beberapa uang receh yang sejak tadi digenggamnya.
“Aish, sial.” ia memunguti koin-koin itu di tengah rintik gerimis. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang memayunginya.
“Bisa tolong pegang payungnya sebentar?” yeoja yang membawa payung merah polos itu tersenyum dan menyodorkan payungnya. Lebih tepatnya ia memang memaksa namja itu memegang payungnya sebentar, tentunya dengan cara meminta yang halus. Namja itu  hanya menuruti keinginan si yeoja. Sementara yeoja itu berlari ke tempat kasir toko daging tadi.
“Jwesonghamnida, berapa harga daging yang akan dibelinya tadi?”

*    *    *

“Woaaaa bulgogiiii!!” seru 5 anak kecil di rumah Shinwoo.
“Mian ne, sudha dipinjamkan uang, malah dimasakkan juga.” Shinwoo merasa tidak enak pada Shinmi.
“Gwaenchana, aku memang suka masak.”
“Pasti kau kaget ya melihat kondisi rumah dan keluargaku? Di sekolah kan aku mengaku anak orang kaya.”
Shinmi menggelengkan kepalanya, “Itu tidak masalah.”
“Sebenarnya aku dapat beasiswa karena prestasiku di bidang olahraga. Aku ini cuma anak yatim piatu miskin.” Shinwoo bercerita sambil melahap masakan Shinmi, “Konyol kan? Orang miskin yang sok-sok jadi orang kaya. Pelindung tangan yang biasa kupakai juga pemberian dari bosku di agen koran agar aku bisa bertarung dengan baik di wahana dan menjadi juara di Inter-High. Tapi suatu hari nanti…aku pasti jadi orang kaya sungguhan. Dengan tangan dan kaki ini, aku akan jadi juara dan memberikan kehidupan yang lebih baik untuk mereka.” Shinwoo menoleh ke arah adik-adiknya yang sedang makan lahap di ruang makan, “Oleh karena itu, apapun yang terjadi, aku harus menjadi juara di Inter-High dan mengalahkan Jinyoung sebagai saingan terkuatku. Ah iya, kau kan akrab dengan Jinyoung.” Shinwoo tersenyum kaku.
“Ah tidak juga.” Shinmi menggelengkan kepalanya.
“Mian ne, aku memang kasar dan blak-blakan.”
“Andwae!”
Shinwoo kaget dengan pekikan Shinmi.
“Menurutku sunbae tidak seperti itu.” Shinmi tersipu malu.
“Ah gomawo yo.”
“Uhuk uhuk…” salah satu adik Shinwoo yang sejak tadi menguping bersama yang lainnnya pura-pura batuk.
“Apa yang kalian lakukan? Makan sana!” seru Shinwoo sambil menghampiri kelima adiknya.
Shinmi hanya tersenyum melihat keakraban Shinwoo dan adik-adiknya. Ia bahagia bisa melihat sisi lain dari Shinwoo, terlebih yang tidak diketahui orang lain. Itu artinya, ia sudah selangkah lebih dekat dengan sunbae yang ia sukai itu.

*    *    *

Sebuah ruang bawah tanah dengan lampu merah remang-remang itu terlihat tidak menyenangkan untuk dikunjungi. Tapi lain bagi seorang yeoja yang sedang tersenyum senang di dalamnya. Yeoja itu terlihat sedang mengubek-ubek sebuah peti kayu berisi puluhan perhiasan mewah, seperti harta karun di cerita-cerita dongeng.
“Saat peti ini sudah terisi penuh, aku aka berhenti jadi pelayan dan hidup bahagia selamanya hahahaha.” ujarnya sambil memengusap-usapkan perhiasan-perhiasan itu ke pipinya, seperti orang gila, “Ah!”
Ada seseorang yang menyaksikan aksinya itu.
“Jwesonghamnnida”  yeoja setengah baya itu langsung bersujud tanpa melihat orang yang memergokinya itu, “Saya melakukannya karena khilaf. Kalau sampai ketauan melakukan ini, saya pasti diusir dari rumah ini.”
Orang yang memergokinya itu tidak berkata apa-apa, membuat si yeoja licik itu berani mendongakkan kepalanya.
“Tapi saya meminta bukan tanpa imbalan.” ia tersenyum cengengesan. Orang itu masih diam saja. Yeoja picik itu langsung bergegas mengambil beberapa dari perhiasan curiannya. Kemudian ia menunjukkan sebuah benda berwarna silver pada orang itu, “Anda tau ini? ini alat pembuka kaelng yang lenyap sejak hari dimana nyonya Sukjin terbunuh karena trik lalat pemecah es dalam kaleng kosong.Saya temukan ini di antara barang milik anda. Anda tau kan apa artinya? Hahahahaha.” yeoja itutertwa girang dan bertepuk tangan seperti orang gila, “Kita saling memahami saja. Asalkan kita sama-sama tutup mulujt, hidup kita bisa dipastikan aman. Ne? Aah!” yeoja itu tampak ketakutan. Nampaknya ia melihat orang itu hendak membunuhnya, “Ma…mau apa kau…?” yeoja itu jatu terduduk dan mundur perklahan. Hal pertama yang orang itu lakukan adalah menusuk kaki si ketua pelayan itu.
“Aaaaa!!”
“Apa itu?” Chaekyoung tidak sengaja mendengar teriakan Munhee, si ketua pelayan dan berlari menuju  asal suara.
Orang itu mendorong si ketua pelayan menggunakan samurai hingga si ketua pelayan terjatuh ke dalam kolam kecil berisi piranha, kemudian menutupnya sehingga si pelayan itu tidak bisa berkutik.
Beberapa detik kemudian barulah Chaekyoung sampai di tempat itu. Rumah keluarga Cha memang luar biasa luas. Chaekyoung mengamati ruangan kecil itu. Tapi ia tidak menemukan siapa-siapa. Ia mulai berkeliling dan mendapati ada darah di sekitar kolam piranha ynag sudah ditutup itu. Chaekyoung membukanya perlahan. Tidak ada bangkai memang di sana. Tapi ada seutas pita putih mengapung di kolam kecil itu. yang ia tau kalau itu adalah pita yang dipakai semua pelayan di rumah itu. Kin matanya tertuju pada sebuah peti di seberangnya. Dan ia tau, lagi-lagi ini karena uang.

*    *    *

“Setelah terjadi perkelahian, akhirnya korban dijatuhkan ke kolam ini.” polisi mengemukakan analisanya mengenai kasus ini, “Dan ini adalah kolam ikan piranha. Hobi orang kaya memang sulit dimengerti.”
“Dijatuhkan? Jadi bukan kecelakaan?” tanya appa Yunhi heran.
“Tidak ada kemungkinan kecelakaan.”
“Tapi kenapa kau bisa menyimpulkan kalau ini bukan kecelakaan?”
“Setelah ini kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.” ujar polisi itu sambil menujuk tulisan berwarna merah ‘RUMAH INI DIKUTUK’ di atas lagnit-langit ruang kecil yang tampak seperti gudang itu.
Tapi Chwekyoung melihat hal lain. Ia melihat guratan darah di lantai yang nampak seperti membantuk sebuah huruf.
“J?” gumam Chaekyoung.

*    *    *

Untuk kesekian kalinya Chekyoung mengunjungi tuan besar keluarga Cha ke dalam kamarnya, secara diam-diam. Tapi kali ini hanya atas dasar kepedulian, bukan untuk meminta uang seratus juta.
“Apa harabeoji percaya kalau sifat orang diperkirakan dari golongan darahnya?” seperti biasa, tuan besar itu dingin dan tidak merespon, “Karena golongan darah harabeoji adalah B, berarti sifatnya santai.”
“Chaekyoung, kenapa kau terlihat peduli padaku? Kau sering mengunjungiku dan mengajakku bicara. Apa demi uang?”
“Harabeoji baru selesai operasi, tidak usah memikirkan hal tidak penting seperti itu. Sekarang konsentrasi saja agar harabeoji cepat pulih.”
Harabeoji itu menerawang jauh ke depan, “Sekailpun aku pulih lagi, belum tentu kau dapat keuntungan.”
“Tapi dengan begitu…aku tidak usah meneteskan air mata.” jawab Chaekyoung tulus.
Harabeoji itu menoleh ke arah Chaekyoung yang berdiri di samping tempat tidurnya. Ia cukup terkesan dengan jawaban Chaekyoung.
“Aku tidak ingin ada yang mati lagi.”

*    *    *

Seperti pagi-pagi sebelumnya, Shinwoo bekerja mengantar koran di pagi hari ini ke kawasan dekat rumah keluarga Cha. Seperti sudah hapal jadwalnya, Shinmi sudah siap keluar rumah hanya sekedar untuk mengucapkan selamat pagi pada Shinwoo.
“Annyeong.”
“Annyeong.” kali ini Shinwoo membalas sapaan Shinmi, walaupun masih kaku, tidak banyak tersenyum. Memang wataknya sudah seperti itu.
“Pertandingan penyisihan Inter-High antar tingkat wilayah dimulai besok ya?”
Shinwoo agak heran dengan pertanyaan Shinwoo, “Ah ne.” jawabnya kikuk.
“Bolehkah aku datang untuk memberi dukungan?”
Shinwoo hanya menunduk dan tampak berpikir.
“Apa sunbae keberatan kalau aku datang besok?”
“Ah ani ani, sama sekali tidak.” jawab Shinwoo sambil menyodorkan sebuah koran pada Shinmi kemudian kembali mengayuh sepedanya tanpa ucapan pamit terlebih dulu. Tapi Shinmi tidak peduli akan hal itu. Ia hanya tersenyum dan memeluk koran yang diberikan Shinwoo barusan. Ia kembali ke rumah. Ia cukup terkejut saat melihat Chekyoung sedang melihatnya dari dalam kamar. Shinmi menunduk malu. Sedangkan Chaekyoung hanya tersenyum bahagia melihat sahabatnya sedang jatuh cinta.

*    *    *

“Chaekyoung-ah!” panggil Shinmi dari pintu kelas. Ia berlari menghampiri tempat duduk Chaekyoung, “Emm…soal tadi pagi…”
“Ah, mianhae, aku tidak bermaksud menguping.”
“Ah gawaenchana, aku tidak marah padamu.” Shinmi menggelengkan kepalanya. Nampaknya ia sudah ingin berteman lagi dengan Chaekyoung.
“Kau pacaran dengan Shinwoo sunbae?”
Shinmi menggelengkan kepalanya lagi, “Ani ya, hanya aku saja yang suka.”
“Bertepuk sebelah tangan ya?” Chaekyoung tiba-tiba teringat Jinyoung yang kini sudah pacaran dengan Yunhi.
“Tolong rahasiakan dari Yunhi ne?”
“Wae yo?”
“Yunhi pacaran dengan Jinyoung sunbae kan? Sedangkan Jinyoung adalah rival Shinwoo sunbae.”
“Benar juga.” Chaekyoung mengerti dengan apa yang dibicarakan Shinmi.

*    *    *

“Siiijak!”
Pertandingan pertama di babak penyisihan Inter-High dimulai. Jinyoung bermain dengan sangat baik dan begitu memukau. Yunhi sudah berada di barisan paling depan satu jam sebelum pertandingan. Ia tidak ingin terhalangi kepala orang lain saat melihat namja yang sangat disukainya itu. Shinmi dan kelima adik Shinwoo juga sudah bersiap di barisan depan. keliama adik Shinwoo bahkan membawa kertas karton besar bertuliskan ‘Kakak Hwaiting!!’ untuk menyemangatinya. Sementara itu Chaekyoung baru datang ke tempat pertandingan setelah berlari-lari sebelumnya. Ia terlambat datang karena membuat kimbap dulu untuk Jinyoung.
Pertandingan pertama selesai dengan skor SISHS lebih unggul 5 poin dari lawannya.
“Kalau aku banyak memegang bola tadi, pasti sudah kumasukkan lebih dari 10 bola.”
“Kalau terlalu habis-habisan di babak awal seperti ini tidak seru.” jawab Jinyoung santai.
“Kalau seperti itu, kau tidak akan direkrut.” ujar Shinwoo lagi.
Chaekyoung berlari menuju ruangan tim sambil membawa kimbap buatannya tadi pagi.
“Chukae yo, Jinyoung-ah, kau keren sekali tadi!”
Lagnkah Chaekyoung seketika terhenti saat melihat Yunhi menghampiri Jinyoung beberapa detik lebih cepat daripadanya. Yunhi bermaksud mengelap keringat Jinyoung.
“Ah, tidak usah, aku bisa mengelap keringatku sendiri.”
“Tapi Yunhi mau mengelapkannya. Ah iya, Yunhi membuatkan sandwich spesial isi ikan tuna untukmu. Ini, aaaa…” Yunhi menyuapi Jinyoung.
“Ah biar aku makan sendiri.” Sergah Jinyoung lagi.
“Tidak usah malu-malu.” bujuk Yunhi.
Akhirnya Jinyoung menyerah.
“Eotteokhae? Mashita?”
“Asin sekali ini aish.”
Chaekyoung tidak tahan lagi melihat semua ini. Ia pergi keluar bersama bekalnya.
“Ah ada anak anjing. Sini sini.”
Anjing itu menghampiri Chaekyoung.
“Makanlah.” Chaekyoung memberikan kimbap buatannya pada anjing itu, “Mashita ne?”
“Chaekyoung-ah, kau datang juga rupanya.”
“Ah ne.” jawab Chaekyoung kikuk sambil menyembunyikan kain pembungkus bekalnya. Ia tidak ingin Jinyoung tau kalau ia membawa bekal untuknya tadi, “Kebetulan sedang tidak ada kerjaan. Oh ngomong-ngomong, chukae yo atas kemenangannya.”
“Putaran pertama sih sambil tidur juga aku bisa memasukkan sepuluh bola ke dalam ring.”
“Yunhi bilang dia akan memasakkanku masakan Prancis untuk kemenangan hari ini. Dia bahkan sudah pulang duluan ke rumahku untuk memasak. Padahal dia mampu untuk menyewa restoran termahal di Korea sekalipun, tapi dia malah memilih untuk memasak sendiri.”
“Masakan Prancis itu mahal.” gumam Chaekyoung.
“Kau kenapa? Mau ikut makan?” tnaya Jinyoung heran mendengar kalimat Chaekyoung barusan yang lebih terdengar seperti sebuah kekecewaan.
“Pabo. Siapa yang mau?” timpal Chaekyoung dengan wajah cemberut.
Tapi tiba-tiba Jinyoung mendorongnya sampai tersungkur di tanah.
“Ya! Apa yang kau lakukan!” pekik Chaekyoung.
“Ada kemungkinan kau jadi pewaris harta si kakek tua itu kan?”
“Lalu kenapa?” tanya Chaekyoung sambil berdiri dan membersihkan bajunya.
“Berhati-hatilah, semakin lama kau bukan hanya ditindas, tapi nyawamu juga ikut diincar.”
“Kau mau mengancamku karena Yunhi terancam gagal mendapat warisan?”
Jinyoung hanya diam dan menunduk.
“Aku duluan.” Chaekyoung pergi meninggalkan Jinyoung dengan sedikit marah.
Jinyoung mendekati pohon dekat Chaekyoung jatuh tadi. Ternyata di pohon itu tertancap sebilah anak panah. Chaekyoung tidak menyadarinya karena panah itu tertancap di belakang kepalanya. Jinyoung mencabut panah itu dan mencari sumbernya. Ternyata, tadi pelipis kanannya sempat terkena sabetan panah itu hingga meninggalkan segaris darah di pelipis kanannya.

*mian jika ada typos yang fatal ._.

7 thoughts on “You Are My MVP, Chaekyoung – part 8

  1. Annyeong author!!, aku readers baru, salam kenal, hmmm aku udah baca dari part 1 sih, tapi jujur bacanya baru tadi siang, aku baru komen disini soalnya kalau komen di part 1, mungkin dari tanggal terbit sama komennya aku jauh banget, jadi aku komen disini!, mian thor, aku baru komen, dilanjut ke part berikutnya ya ;), aku menunggu mu!, hwaiting!!!

  2. gomawo chingudeul semuaaaaa 😀 tp lanjutannya kayanya msh lama dipostnya -_- dan miaaaaan jeongmal mianhae itu msh ada sisa2 basketnya krna awalnya mau bikin ceritanya basket bukan taekwondo. dan msh bnyk typo jg.insya Allah kl author ol pc direvisi lagi
    hyokyo; salam kenal jg hyokyo-ssi, eoso oseyo to uri beloved blog 🙂

  3. oh my god,jinyoung oppa~ you’re so cool *.* aku jadi makin terpesona deh 🙂
    ohya thor,ngomong-ngomong ttg birthdaynya jinyoung oppa,oppa kan lahirnya 18november,tapi di part7 ditulisnya 18oktober ._. cuma mengoreksi aja thor 🙂 *mian kalo koreksinya telat :p

  4. bubibu:hehehehe mian ne kebawa suasana inget ultah kecengan ane *abaikan* insya Allah nnti ane benerin di part 7nya. gomawo chingu atas koreksinya, gomawo jg sudah baca part ini 😀

Leave a comment