[Freelance] Sequel Sleep Prince – Our ‘First Night’ Part 1

Tittle : Our ‘First Night’ – Part 1

Author : Ade Puji Rizkyagusputri (@adepujirizky)

Rating : PG-15

Genre : Romance, Marriage Life

Length : Chaptered

Main Cast :

–         Gong Chan Shik

–         Kang Rae Woo (fiktif)

Other Cast :

–         Me or ade as a doctor

–         Kim HyunA

–         Cha Sun Woo

Disclaimer : FF ini hanya milik author, gongchan shik juga hanya milik kang rae woo as author *plaaak* tapi sesungguhnya B1A4 milik BANA, WM.ent dan para orang tua mereka.

Author Note :

Anyyeong reader, kali ini author datang membawa Sequel dari Sleep prince hehehe.. sebenernya ini bukan FF NC tapi buat sekedar warning sebaiknya yang baca FF ini anak-anak diatas 15 tahun, kenapa? Karena disini banyak ngambil cerita kehidupan pernikahan terutama tentang FIRST NIGHT dan kehidupan S*ks seseorang, disini juga ada sedikit unsur-unsur kejahatan seksual. Jadi, buat kalian yang ga suka lebih baik ‘untuk tidak membaca’..

mohon maaf bagi cast yang seharusnya tidak saya pergunakan untuk FF ini, author tidak bermaksud apapun saat memasukan nama itu sebagai cast yang pada nyatanya tidak bersifat seperti yang ditulis disini.. cerita ini dibuat berdasarkan pengetahuan dari buku “KEBUTUHAN DASAR MANUSIA” yang author pelajari disekolah dan juga kecenderungan minat author untuk menjadi seksolog seperti dokter boyke *tapi belum kesampean*. So, diambil pelajarannya aja ya reader… happy reading J

 Our ‘First Night’

‘bolehkah aku egois? Aku mencintai mu tapi lagi-lagi masa lalu itu datang dan membuat ku hampir gila…tolong buat aku menjadi cukup kuat untuk membuang jauh-jauh masa lalu itu dan membuat hari esok dan seterusnya indah bersama mu’

Gongchan POV

Akhirnya harapan ku untuk menikah dengan Kang Rae Woo—perawat cantik yang merawat ku beberapa hari belakangan ini, akan segera menjadi kenyataan, kurang dari 1 jam lagi upacara pernikahan kami akan dilaksanakan. Ku pandang dengan seksama pantulan bayangan ku dicermin, aku terlihat tampan dan gagah menggunakan Tuxedo putih ini walau wajah ku masih terlihat sedikit pucat dan jalan ku masih kaku seperti robot transformer. Aku memang sengaja mempercepat tanggal pernikahan kami bukan karena aku sudah sengaja memangsa (?) rae woo saat dia berada satu ranjang dengan ku sebelum tanggal pernikahan tapi aku hanya takut ia menjadi milik orang lain hehehe, lagi pula aku juga suka lupa diri saat berada didekatnya jadi tak ada salahnya mempercepat tanggal pernikahan kami. Dia sudah bertanya berulang kali tentang tingkat kewarasan ku, menurutnya aku sudah gila karena mau menikahi gadis yang baru beberapa hari dikenal tanpa tau asal usulnya dengan jelas. Aku hanya tertawa kecil setiap ia membicarakan hal itu. Menurut ku itu semua bukanlah hal yang penting untuk di perbincangkan. Aku mencintainya dengan segenap hati ku, lalu apa lagi yang harus di permasalahkan?

“channie ayo cepat keluar… upacaranya akan segera dimulai” ucap eomma membuyarkan lamunan ku, aku bisa melihat eomma yang sedang berdiri diambang pintu dari pantulan cermin, tanpa basa-basi aku berjalan menghampirinya dan memeluknya.

“terimakasih eomma, karena kau telah membesarkan ku dengan penuh kasih sayang… maaf  karena aku adalah anak nakal yang suka membangkang semua perkataan mu… aishh… aku memang bukan orang yang pandai mengungkapkan perasaan ku, tapi percayalah aku akan terus menyayangi mu eomma….” Aku menghentikan ucapan ku sejenak, ku rasakan eomma terisak pelan dalam pelukan ku. oh, ini tidak boleh terjadi ! eomma tidak boleh menangis dihari pernikahan ku. “ya walaupun kau tidak lebih cantik dari rae woo tapi aku tetap menyayangi mu kok hehe”  lanjut ku dengan nada jahil, awalnya aku berniat berbicara serius tapi aku mengurungkan niat ku karena jika aku meneruskan berbicara serius, eomma akan menangis lebih kencang lagi. eomma yang tadinya terisak pelan dalam pelukan ku pun sekarang malah beralih memberi pukulan pelan didahi ku.

“AWWWW” aku meringis sambil mengusap pelan dahi ku

“kau memang anak nakal !! bisa-bisanya kau bilang ibu mu sendiri tidak lebih cantik dari rae woo” omel eomma, aku tau ia sedang menyembunyikan rasa harunya saat ini. Tapi biarlah ia seperti ini dari pada menangis dihari bahagia ku kkk~ Walaupun aku tak bisa menyampaikan perasaan ku dengan baik tapi aku yakin eomma bisa merasakan perasaan sayang ku yang begitu besar dan juga rasa bahagia yang meluap-luap saat ini.

“sudah jangan menangis ma, nanti make up mu luntur dan semua orang makin tau kalau kau tidak lebih cantik dari rae woo” ledek ku dan cepat-cepat berlalu dari hadapan eomma sebelum mendapat jitakan lagi. Kami memang selalu seperti ini—terlihat seperti kakak adik ketimbang ibu dan anak.

TENGTENG,,TENG,,TENG……..TENGTENG,,TENG,,TENG

Aku sudah bersiap menunggu rae woo dialtar, alunan piano pun terdengar makin keras diiringi pintu yang terbuka. seorang gadis yang ku tunggu sejak tadi keluar dengan anggun dari balik pintu bersama satu sahabatnya yang bertugas menjadi pengiring pengantin.

(upacara pernikahan >> skip)

***

“huffhhhh” aku menghela nafas pelan, hari ini adalah hari yang sangat melelahkan sekaligus membahagiakan, ku tatap lekat gadis yang sedang terlelap disamping ku—rae woo, dia kini telah menjadi istri ku, aku menyingkirkan helaian rambut diwajahnya… mobil yang didesign khusus untuk membawa pengantin ini sudah terparkir manis didepan rumah baru kami sejak beberapa menit yang lalu tapi aku tetap tak tega membangunkannya.. ku angkat tubuh istri ku dan menggendongnya kedalam rumah, setelah berhasil masuk kedalam kamar aku membaringkan tubuhnya diatas ranjang

“kau berat juga rae” gerutu ku pelan tapi tetap tak bisa menyembunyikan rasa bahagia yang lebih mendominasi karena bisa memiliki gadis yang ku cintai. Aku melepas sepatu lalu beralih ke gaun pengantinnya, aku hendak membuka gaun pengantinya saat ia terbangun dan………

BAK, BUK, BUK, BAK beberapa pukulan melayang bebas kearah ku.. aku hanya bisa menutup wajah ku menggunakan tangan dan mundur perlahan “rae kau kenapa? Aku ini suami mu.. YA !! hentikan.. ini sakit” pinta ku susah payah, aku mendekatinya namun dia malah menggigil ketakutan, keringat dingin membanjiri wajahnya “jangan dekati aku…..jebal” ucapnya

“aku gongchan shik, apa kau lupa eoh? aku ini suami mu rae” bujuk ku, aku kembali berusaha mendekatinya dengan lebih tenang “lihat aku rae, aku gongchan” ucap ku lagi.. ‘berhasil!!’ tatapannya yang begitu dingin dan menusuk lambat laun berubah, dengan sedikit waspada aku menghampiri rae woo dan memeluknya.. bisa ku rasakan isakannya dalam pelukan ku.. “aku disini tenang rae” bisik ku halus sambil terus menepuk punggungnya lembut berusaha memberikan ketenangan untuknya.

***

          Hari ini genap dua minggu kami—aku dan rae woo, menjadi pasangan suami isteri tapi jangan ditanya tentang malam pertama ku.. itu hanya akan membuat mood ku buruk.. sebenarnya hubungan kami selama dua minggu ini sangat baik tapi entah kenapa setiap aku mendekatinya dan ingin melakukan itu(?) dia terlihat sangat ketakutan dan menyerang ku habis-habisan, entah sudah berapa kali aku bolak-balik rumah sakit hanya untuk mengobati lebam disekujur tubuh akibat diserang olehnya… padahal aku kan memang berhak meminta hal itu padanya? Apa salah? Berulang kali aku berusaha menekan ego ku hingga ke titik yang paling rendah.. ‘mungkin kau belum siap dan aku akan bersabar untuk mu rae’ itu adalah mantra ajaib yang aku ucapkan ketika dia kembali menolak ku. percakapan kami tempo hari yang lalu tiba-tiba terputar dalam memori otak ku seprti film documenter kkk~

#FlashBack#

“kau yakin akan menikahi ku? kau bahkan belum mengenal ku sepenuhnya channie” tanya nya ragu lalu kembali melakukan aktivitasnya—mengganti selang infuse yang terpasang dilengan ku.

“aku mencintai mu rae, apa itu tidak cukup kuat untuk meyakinkan mu?” aku menarik tangannya hingga ia terduduk disamping tempat tidur ku

“tapi kau tak tau aku orang yang seperti apa? Dan apa saja yang sudah terjadi dimasa lalu ku”

“ku rasa aku sudah cukup mengenal mu, masa lalu mu itu hanya akan menjadi kenangan bagi diri mu, aku juga memiliki masa lalu tapi aku cukup menyimpannya dalam ingatan ku.. aku tak akan menyia-nyiakan masa depan ku hanya karena sekelibat masa lalu.. kita akan membangun masa depan jadi untuk apa menoleh lagi kebelakang?”

“tapi masa lalu ku itu akan menghambat masa depan yang akan kita bangun” tukasnya dengan nada dingin kemudian berlalu dari hadapan ku

#FlashBack End#

“Hahhh.. apa maksud perkataannya itu ya?” aku menghela nafas, kemudian membaringkan tubuh ku di atas tempat tidur—menatap langit-langit kamar.

“makan malamnya sudah siap, kau mau langsung makan?” tanya rae woo tiba-tiba lalu menghampiri ku masih memakai celemek, aku menepuk pelan sisi tempat tidur menyuruhnya untuk ikut berbaring disana ia menurut dan langsung berbaring disamping ku. ku tatap wajahnya sekilas kemudian menyingkirkan helaian anak rambut dari wajahnya, aku pun langsung memeluknya dengan nyaman dari arah samping.. anehh…. Aku memeluknya seperti ini tapi ia baik-baik saja—tidak meronta-ronta seperti tempo hari. Ku dekatkan wajah ku ia menutup mata seakan memberi lampu hijau untuk ku, langsung saja aku menciumnya sekilas, dan reaksinya adalah BINGO dia hanya diam.. sebagian tubuh ku terlonjak kegirangan… aku kembali mendekatkan wajah ku dan mendaratkan ciuman dibibirnya, perlahan tapi pasti aku mulai merubah posisi sehingga aku berada diatasnya tanpa melepas tautan bibir kami.. ia membuka mata perlahan dan….

“kyaaaaaaaa” ia mendorong tubuh ku hingga aku tersungkur, dia mulai menggigil ketakutan sambil terus menyilangkan tangannya didepan dada.. ‘hhh, mungkin aku harus lebih bersabar lagi’ aku berusaha mendekatinya sambil mengucapkan kata-kata menenangkan setelah ia agak tenang aku memeluknya dengan erat. “mianhae seharusnya aku tidak begitu” ucap ku pelan. Aku mengelus rambutnya hingga tak lama kemudian ia terlelap dalam pelukan ku. ‘hanya untuk mu aku akan bersabar rae’

***

Rae Woo POV

Drrrrttttttt *B1A4 – what’s going on*

Aku berusaha membuka mata ku yang masih terasa berat setelah mendengar dering ponsel yang begitu keras—ternyata bunyi itu berasal dari ponsel gongchan. Ku raih ponsel dari atas meja dekat tempat tidur kami dan melihat nama yang tertera di layar—Dr.Ade itulah nama yang tertera.. aku mengingat-ingat pernah mendengar dimana nama itu.. ah tidak penting sebaiknya aku membangunkan gongchan dulu.

“channie bangun, ada yang menelpon mu” aku menggoyang-goyangkan tubuh gongchan yang masih tertidur pulas “channie” ulang ku dengan suara yang lebih keras, tapi ia masih tidak bergeming.. aku memutuskan untuk menjawab panggilan telpon tersebut,siapa tau ada hal penting yang akan disampaikan..

KLIK !

“chan kau sudah bangun huh? Aku menghawatirkan mu, kenapa semalam kau langsung pergi seperti itu?” cecar seseorang dari sebrang sana

“……” aku hanya diam—sibuk mencerna kata-kata gadis disebrang sana, segudang pertanyaan kini terus berputar dalam pikiran ku.. gongchan menemui gadis ini semalam? Saat aku tertidur? Lalu ia pulang larut dalam keadaan mabuk? Ku pandang lekat gongchan yang masih bergelut dalam selimut dengan wajah lelah tapi tetap mempesona.. ‘channie bisakah kau menjawab seluruh pertanyaan dalam otak ku?’

“kau baik-baik saja kan?” tanya gadis itu lagi memastikan

“oh iya..” jawab ku gelagapan, “maaf aku bukan gongchan, ia masih tidur… apa ada yang ingin kau sampaikan?” lanjut ku

“oh jadi dia masih tidur? Tidak… aku hanya ingin memastikan keadaannya”

“baiklah” jawab ku singkat, lalu mematikan sambungan telpon.

Lagi-lagi aku hanya bisa terdiam, air mata ku mulai mengalir keluar dari pelupuk mata. “aishhh tidak boleh… aku tidak boleh menangis…. Ini pasti hanya salah paham” ujar ku menyemangati diri sendiri, ku rasakan sebuah tangan melingkari pinggang ku. dengan gerakan cepat aku menyeka air mata ku, gongchan tidak boleh melihat ku menangis.

“kenapa kau bangun sepagi ini rae? Aku jadi kehilangan guling ku” seru gongchan dengan suara serak

“ne? err…..” jawab ku kikuk, aku sibuk menahan air mata yang siap tumpah lagi jika mengingat semua perkataan gadis yang tadi pagi menelpon. “itu….tadi aku terbangun karena suara dering ponsel mu” lanjut ku

“oh” gongchan mengedikkan bahu tidak perduli “yasudah ayo tidur lagi… aku masih ingin bersama mu” ia malah menarik ku kembali dalam dekapannya.

“tapi apa kau tidak mau tau siapa yang menelpon mu pagi-pagi begini?”

“memangnya penting?”

“penting! tadi seorang gadis yang menelpon mu.. Dr. ade namanya” seru ku dengan nada suara yang lebih tinggi dan melepas dekapannya.. ish kenapa dia membuat mood ku buruk sih?

“lalu?”

“dia menghawatirkan keadaan mu karena semalam kau pergi begitu saja” aku beranjak meninggalkan gongchan kalau lama-lama didekatnya aku bisa meledak pagi ini juga.

“jadi kau cemburu eoh? ” ia berusaha mengejar ku, langkah yang besar membuatnya tidak kesulitan mengejar ku “oh jadi istri ku sedang cemburu sekarang?” godanya sambil memasang wajah sok polos.

“siapa juga yang cemburu?” tantang ku balik “minggir aku mau buat sarapan, jangan lupa hari ini adalah hari pertama mu bekerja” aku mendorongnya pelan

“bilang saja kalau cemburu…tidak perlu malu seperti itu rae”

Aishh namja ini kenapa menyebalkan sekali? Aku menoleh kearahnya dan menatapnya tajam ‘iya memangnya salah kalau aku cemburu? Memangnya salah kalau aku curiga karena suami ku pulang larut dengan keadaan mabuk? lalu saat pagi tadi ada seorang wanita yang mengkhawatirkan keadaannya.. apa ada yang salah dengan itu semua?’ sebenarnya aku berharap ia bisa membaca seluruh pertanyaan yang berputar bebas dalam otak ku dan menjawab pertanyaan itu satu persatu tapi sepertinya itu adalah hal yang mustahil.. ku langkahkan kaki menuju dapur,  meninggalkan gongchan yang masih bingung mengartikan tatapan ku barusan.

***

Gongchan POV

Aku membalas tatapan tajam rae woo dengan sedikit enggan, sejak kapan istri ku yang manisnya melebihi anak kucing itu memiliki tatapan yang begitu mengerikan? aishh, tapi kalau diingat-ingat tatapannya itu suka berubah-ubah.. kadang matanya berbinar menunjukkan perasaannya pada ku, kali ini mata itu menatap ku tajam karena kesal dengan sikap jahil ku, dan yang aku paling benci ketika dia menatap ku seolah-olah kucing garong(?) yang siap memangsanya. apa benar yang diucapkan ade semalam? Apa aku harus mulai mencari tahu tentang masa lalu rae woo? tapi aku harus memulai dari mana? Aku tak memiliki satu pun petunjuk..

#FlashBack#

“sudah berapa lama kau mengenalnya? Err maksud ku apa kau benar-benar sudah mengenalnya dan mengetahui masa lalunya? Hidup seperti apa dia di masa lalu, pernahkah dia mengalami kejadian buruk dimasa lalu atau apapun yang bisa dikaitkan dengan kejadian ini”

“aku baru mengenalnya beberapa minggu tapi aku yakin dia adalah wanita yang tuhan kirimkan untuk menjadi pendamping ku,apa pentingnya mengungkit masa lalu jika itu hanya akan menimbulkan masalah dikehidupan selanjutnya?”

“tentu masa lalu itu sangat penting chan !! kita harus mengetahui apa yang dulu pernah dialami olehnya.. menurut kesimpulan awal yang ku peroleh istri mu mengalami trauma… mungkin ia dulu pernah mengalami pemerkosaan atau pelecehan seksual, jadi dia selalu ketakutan jika kau melakukan beberapa hal kecil yang sama dengan kejadian yang  dulu pernah dialami olehnya… beruntungnya kau belum berhasil melakukan malam pertama mu”

“memang apa yang terjadi jika aku sudah melakukannya?” tanya ku sangsi, semua perkataan ade membuat ku bergidik ngeri

“Karena dia bisa mengalami vaginisme”

“vaginisme?” ulang ku

“ne vaginisme, itu adalah kejang otot yang bisa diakibatkan oleh masalah pada otot vaginanya maupun masalah psikis…. Vaginisme mengakibatkan otot vagina mencengkram kuat saat melakukan penetrasi… bahkan pada beberapa kasus mr.p sampai tidak bisa keluar dan merusak daerah vagina itu sendiri”

Aku hanya termenung mendengar semua penjelasan ade, ‘separah itu kah?’ pertanyaan itu yang selalu terngiang dipikiran ku

“jadi apa yang harus ku lakukan?” tanya ku dengan suara yang sangat pelan

“pastikan dulu masa lalu apa yang pernah dialami istri mu, kalau bisa juga cepat bawa istri mu menemui ku agar aku bisa memeriksa kondisinya….”

“baiklah… terimakasi…” ucap ku singkat kemudian berlalu meninggalkan ruangan dengan langkah gontai.

#FlashBack End#

Entahlah, yang jelas aku akan memberi pelajaran bagi siapa saja yang membuat istri ku menderita hingga merasakan trauma yang juga membuat ku tersiksa karena tak dapat memiliki ia seutuhnya sampai saat ini.

“kau masih mematung disitu? Sudah jam berapa ini channie? Kau harus bersiap ke rumah sakit” rae woo berteriak dari arah dapur membuat ku tersentak agak kaget dan mengedarkan pandangan cepat ke jam yang bertengger manis di atas televisi. Ku kerjapkan mata ku berulang kali—tanda tidak percaya kalau jarum-jarum jam itu sudah menunjukkan  pukul 07.55 dan itu berarti kalau aku ‘TERLAMBAT’. Aku langsung melesat cepat menuju kamar mandi sebelumnya aku tidak lupa mengambil handuk dijemuran kecil depan kamar mandi. Tak sampai 5 menit aku sudah kembali keluar dari kamar mandi dengan sisa-sisa sabun yang mungkin masih menempel ditubuh ku.. ‘ah bagaimana bisa dihari pertama ku menjabat sebagai Presdir silent hill int.hospital aku malah terlambat? Apa kata para pegawai ku nanti?’ dengan langkah cepat aku keluar dari kamar dan bergegas berangkat

“tunggu dulu channie!! Kau belum sarapan” cegah rae woo, ia berlari kecil kearah ku sambil membawa nampan kecil berisi kotak bekal dan satu gelas susu vanilla hangat kesukaan ku.

“tapi aku bisa terlambat rae” sungut ku manja

“setidaknya kau harus minum susu ini dulu..” rae woo menyodorkan susu vanilla hangat yang ia bawa, dengan cepat aku mengambil gelas itu dan menengguknya sampai habis kemudian menaruh kembali gelas yang sudah kosong diatas nampan.

“baju mu berantakan sekali” hanya menggunakan satu tangan yang bebas ia membenarkan letak dasi dan kemeja yang ku kenakan “nah begini lebih baik” ujarnya puas “ini” ia menyodorkan kotak bekal yang juga ia bawa, aku mengambil kotak bekal itu dari tangannya dan tersenyum sumringah, ternyata begini rasanya memiliki seorang istri? Ya walaupun aku belum bisa memiliki dia seutuhnya tapi aku tetap bersyukur karena bisa terus disampingnya.. “sekarang kau boleh berangkat… jangan lupa makan bekal yang sudah ku siapkan ! hati-hati dijalan dan bekerjalah dengan baik oke?” rae woo mengerlingkan matanya sekilas, aishhh tingkah istri ku ini benar-benar menggemaskan..

“baik nonya chan, aku berangkat dulu ya.. dan ingat ! jangan keluar tanpa izin dari ku !!”

“siap bos” ucapnya tegas dan lugas seraya meletakkan tangannya di pelipis—seperti memberi penghormatan bendera. Aku merengkuh wajahnya mengecup kening dan beralih ke bibirnya sekilas lalu cepat-cepat berangkat tanpa mengucapkan apapun,selain takut kena amuknya lagi aku juga bisa terlambat jika terus berlama-lama didalam.

***

          Aku memarkirkan mobil ditempat yang sudah disediakan bagi para petinggi rumah sakit, dengan tergesa-gesa aku mengambil kotak bekal yang disiapkan rae woo dan juga tas kantor, tak lupa berkaca sebentar untuk memastikan bahwa penampilan ku baik kali ini.

“selamat pagi tuan gongchan, saya akan langsung mengantar anda ke ruang aula.. para karyawan sudah menunggu anda disana” sapa seorang wanita berpakaian rapih, setelah aku keluar dari mobil. Aku mengikuti langkahnya menuju aula.

Sesampainya di aula terlihat banyak perawat,dokter, serta staf  yang sudah berkumpul dengan rapih—mungkin sedang menunggu ku sebagai Presdir baru di Rumah sakit ini. “ehemm” aku berdehem sebentar untuk meminta perhatian mereka, setelah memastikan mereka memperhatikan ku, aku mulai membuka pembicaraan “selamat pagii,maaf karena saya sudah memberi kesan buruk dihari pertama bekerja” ucap ku penuh sesal, mereka terlihat berbisik satu sama lain.. entah apa yang dibicarakan, namun wanita yang menjemput ku diparkiran tadi berjalan menghampiri ku “maaf tuan,, biar kotak bekal dan tas anda saya taruh diruangan” aku menatap kotak bekal bergambar pororo itu sekilas lalu mengangkat sebelah tangan ku mengisyaratkan agar wanita itu menyingkir… mungkin ini terdengar berlebihan tapi aku tak akan membiarkan orang lain menyentuh kotak bekal ini.. selain karena kotak bekal ini bergambar pororo—kartun kesukaan ku, kotak bekal ini juga disiapkan oleh gadis yang sangat aku cintai jadi tidak ada satupun orang yang boleh menyentuh kotak bekal ini.

“err,, mengenai kotak bekal ini…bolehkah saya berbicara sambil tetap membawanya?” ujar ku meminta izin, semua orang terlihat mengangguk tanda setuju bahkan ada beberapa yang terkekeh pelan.

“istri saya sudah membangunkan saya pagi ini, tapi saya malah sibuk menggodanya alhasil hari ini saya terlambat datang.. saya benar-benar menyesal…dan bisa dipastikan hal semacam ini tidak mungkin terulang lagi” aku ku terus terang, rasa canggung yang menyeruak sejak tadi perlahan luntur karena mereka terlihat menyambut ku dengan baik.

“mungkin sebagian dari kalian sudah ada yang mengenal atau sekedar mengetahui sekilas.. tapi untuk memperjelas saya akan memperkenalkan diri secara formal…” aku menghentikan kata-kata ku dan menghela nafas sekilas “saya gongchan shik, lulusan seoul univ. fakultas bisnis dan management.. saya akan bekerja dengan kesungguhan hati, jangan merasa sungkan pada saya karena kita semua harus bekerja sama dengan kompak.. mohon bantuannya” aku membungkukkan kepala, tepuk tangan serta sorak sorai menggema diseluruh penjuru aula.

***

Rae Woo POV

Ku tatap pantulan bayangan ku dicermin untuk memastikan bahwa penampilan ku rapih dan cantik, aku berniat ke rumah sakit hari ini untuk mengantarkan makan siang serta bertemu dengan hyuna—sahabat ku, aku benar-benar bosan jika setiap hari harus terkurung dirumah besar tanpa penghuni seperti itu.. bayangkan saja rumah sakit memberi ku cuti pernikahan selama 1 bulan… ini gila !! padahal biasanya karyawan yang baru menikah hanya diberi waktu libur selama 1 minggu, sedangkan aku mendapat cuti hingga 1 bulan lamanya… hhh, aku benar-benar yakin kalau hal ini pasti ada campur tangan dari namja pemaksa yang sekarang sudah resmi menjadi suami ku, siapa lagi kalau bukan gongchan. tapi kalau mengingatnya tiba-tiba mood ku memburuk karena gadis yang tadi pagi menelpon hanya untuk mengkhawatirkan keadaan namja itu.. tak ada satu pun pertanyaan dalam otak ku yang terjawab… awas saja jika namja pemaksa itu berani berselingkuh, aku akan menggantungnya di atas namsan tower. Ku alihkan pandangan ku pada jam dinding diatas meja rias dalam kamar “yaampun sudah jam 11.30, sebentar lagi wkatunya makan siang”  pekik ku, aku langsung menyambar tas kecil beserta kotak bekal yang sudah ku siapkan, tak lupa juga kunci mobil.. gongchan memberi ku sebuah mobil sport mewah berwarna putih sebagai salah satu hadiah pernikahan, sebenarnya ia tidak pernah mengizinkan ku untuk membawa mobil ini tapi jika aku naik bus mungkin tidak akan sempat sampai di rumah sakit tepat waktu..

@Silent Hill Int.Hospital

“permisi, min ji-ya apa kau tau dimana ruangan suami ku?” tanya ku pada min ji—ia adalah teman satu shift ku

“oh aku baru saja melihatnya berjalan kearah cafeteria” jawab min ji “kau tidak takut kena omel suster kepala? Jatah libur mu masih panjang tapi kau malah kesini”

“aku bosan jika di rumah terus minji-ya, lagi pula aku kesini hanya ingin mengantar makan siang untuk suami ku dan bertemu dengan kim hyuna.. kalau begitu aku ke cafeteria dulu ya?” pamit ku kemudian berjalan menuju cafeteria, gongchan pasti terkejut jika tau aku membawakan makan siang untuknya atau mungkin ia malah mengomel seharian karena aku keluar rumah tanpa izin darinya? Ah entahlah yang pentingkan niat ku baik..

Ku edarkan pandangan ku diseluruh penjuru cafeteria mencari sosok suami ku, pandangan ku terhenti pada meja yang terletak disudut ruangan ini—di sudut ruangan ini terdapat sosok suami ku yang begitu nyata sedang berbincang sangat akrab dengan gadis berperawakan manis memakai jas putih yang biasa digunakan oleh dokter. Mata ku mulai memanas bisa dipastikan sebentar lagi air mata ini pasti akan membanjiri setiap lekuk wajah ku.. rasa sakit menjalar memenuhi seluruh ruang hati ku.. tak mau menunggu lebih lama aku membalikan badan—hendak pergi dari tempat ini..

PRAANNGGGGGG..

Bisa ku rasakan tubuh ku terpelanting cukup keras setelah menabrak seseorang.. aku meraih kotak bekal yang sedari tadi ku bawa dan berusaha bangkit, sebuah tangan terjulur di hadapan ku aku meraih uluran tangan itu, sedikit membersihkan baju yang terkena cipratan kopi

“maaf saya kurang hati-hati saat berjalan.. apa anda baik-baik saja?” ucap orang itu penuh sesal sambil mengecek keadaan ku.

“ah tidak apa-apa aku juga yang…………” kata-kata ku terhenti ketika mendongakkan kepala dan melihat seseorang yang seharusnya tidak ku lihat… kini tubuh ku mulai menggigil dan keringat dingin meluncur bebas membanjiri wajah ku

“jangan dekati aku……” pekik ku kencang sambil terus menyilangkan tangan dibagian dada dan berjalan mundur berusaha menjauh dari namja tersebut.

“lama tidak melihat mu” seru namja itu dengan tatapan yang sama menjijikannya seperti dulu, ia berjalan mendekati ku.

“pergiiiiiiii…. Jangan dekati aku” tubuh ku mulai terkulai lemas, kilasan-kilasan kejadian bertahun-tahun lalu mulai berputar diotak ku bak film fokumenter terburuk didunia ini.

-TBC-

10 thoughts on “[Freelance] Sequel Sleep Prince – Our ‘First Night’ Part 1

  1. kyaaa suka deh ff genre ini 😀 keep writing yah thor d tunggu part selanjutnya hwaiting 🙂

  2. keren thor critanya^^
    author jjang !! ↖(^▽^)↗

    jangan lama” ya thor next part nya *maksa xP

Leave a comment