We, Under A Red Umbrella

Title: We, Under A Red Umbrella

Genre: Drabble

Main cast: Hyemyung as readers, B1A4 Jinyoung as Jinyoung

“Annyeonghaseyo.”

Samar-samar terdengar suara yang tak asing bagiku, tapi juga memang jarang kudengar. Saat aku menoleh ke sebelah kiri, ternyata benar, itu adalah Jinyoung sunbae. Saat aku menoleh ke arahnya, aku harap ia juga menoleh ke arahku, tapi ternyata tidak. Dia berjalan lurus menuju rekan kerjaku. Rekan kerjaku ini laki-laki, jadi aku tidak cemburu.

Jinyoung sunbae adalah karyawan di perusahaan yang sama denganku, tapi dia bekerja di kantor pusat, sedangkan aku di kantor cabang. Sejak pertama kali melihatnya, secara fisik memang menurutku dia terlihat menarik. Tapi dia bukan tipeku. Lagipula dia terkenal dingin dan tidak berteman dekat dengan siapapun. Tapi akhir-akhir ini, sejak sepupunya menikah dengan teman yang tinggal di kamar sebelah di apartemenku, sikapnya perlahan berubah. Seakan baru memiliki topik obrolan, ia mulai mau mengobrol denganku. Lama-kelamaan, setiap kali kami bertemu, dia semakin baik kepadaku. Dia mulai berbagi cerita tentang dirinya, bahkan dia sudah tau nama kecilku. Ia bilang ia tau dari sepupunya. Semakin sering mengobrol, aku mulai tertarik padanya. Tapi aku selalu berusaha menutupi perasaanku. Lagipula kurasa sikapnya yang terbuka padaku juga karena kepribadianku yang cuek dan tidak gugup di depannya. Beda dengan karyawan perempuan lain yang cenderung sungkan kepadanya. Setelah kupikir-pikir, aku satu-satunya karyawan perempuan muda yang sering mengobrol dengannya, dari hal-hal penting hingga hal-hal remeh sekalipun. Sekarang aku merasa mengenalnya secara personal, sementara dulu aku hanya tau bahwa dia adalah rekan kerjaku.
Akhir-akhir ini setiap aku memikirkannya, saat aku melihat jam, aku melihat jam dan menit yang sama. Orang-orang bilang, jika melihat jam dan menit yang sama, itu tandanya ada orang yang sedang rindu padamu. Lalu aku pun jadi terlalu optimis tentang perasaan Jinyoung sunbae kepadaku.

Sebentar lagi waktunya jam makan siang. Tapi seperti biasa, aku selalu pergi dulu ke toilet untuk memastikan riasan dan rambutku masih teratur atau tidak. Setelah itu, aku langsung menuju cafe favoritku.
Sesampainya di cafe, aku memesan menu lumrah, french fries dan steak. Untuk minumnya, aku memesan minuman hangat rasa coklat. Kali ini aku makan sendirian karena sahabat-sahabatku sedang sibuk dengan tugas mereka, tapi aku sudah sangat lapar dan bosan dengan suasana kantor jadi aku makan duluan. Setelah perutku terisi, aku berniat langsung ke kantor untuk membantu teman-temanku.

Cafe favoritku ini cukup dekat dari kantorku jadi bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Di tengah perjalanan menuju kantor, aku melihat ada seekor kucing liar. Tidak terlalu kurus, tapi aku rasa tidak ada salahnya memberinya makanan. Aku pun masuk ke dalam sebuah mini market terdekat. Aku berencana membeli makanan kucing sachet. Setelah keluar dari mini market, aku memanggil kucing itu dengan isyarat yang biasa ditujukan kepada kucing. Kucing itu menghampiriku. Aku memberinya makan di depan jendela mini market agar dia tidak terganggu oleh orang yang berlalu lalang. Aku melihat kucing itu begitu lahap.
Aku mendengar seperti ada suara hujan. Saat aku melihat ke depan ternyata benar hujan turun.

“Aigoo! Aku tidak bawa payung! Aish, aku akan mencoba menunggu sampai jam istirahat selesai, siapa tau nanti reda. Coba kalau tadi aku cepat-cepat pulang ke kantor.”

Tapi begitu melihat kucing itu masih makan lahap, kutarik kembali kata-kataku. Menunggu sebentar tidak ada salahnya jika itu untuk kebaikan. Berbuat kebaikan itu tidak ada ruginya.

“Hyemyung-ssi.”

Deg. Suara itu…

“Sunbae.”

Kurasa aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagetku.

“Kau habis beli apa?”

“Itu.” aku menjawab dengan ekspresi biasa seakan tidak menyembunyikan kegembiraanku ini.

“Oh kau membeli makanan kucing rupanya. Tunggu sebentar di sini, aku juga akan membelikan makanan untuk kucing ini.”

Tidak lama kemudian, Jinyoung sunbae keluar dari mini market dan memberikan makanan dan susu pada kucing itu. Ternyata Jinyoung sunbae yang terkenal dingin itu punya sisi hangat.

“Setelah ini langsung ke kantor lagi?”

“Ne, sunbae juga?”

“Ne. Ayo.” Jinyoung sunbae membuka payung merahnya, “Aku baru membelinya tadi karena cuaca mendung. Aku seakan punya firasat akan turun hujan. Ternyata benar.”

“Ah, iya kenapa aku tidak terpikir untuk beli payung ya. Pabo.”

“Haha lagipula payung merah yang kupegang ini payung terakhir yang tersisa, jadi kalaupun kau berpikir untuk membelinya sudah terlambat.”

“Hehe iya juga.”

“Ayo.”

“Tidak apa-apa aku ikut denganmu, sunbae?” tanyaku ragu karena setauku dia jarang dekat dengan orang lain.

“Memangnya kenapa? Takut digosipkan kalau ada yang melihat? Hmm tapi tidak ada jalan lain, karena kita tidak tau kapan hujan akan reda. Sudahlah tidak apa-apa. Ayo.” senyum teduh terkembang di wajah manis dan lembutnya.

Melihat senyum teduhnya, tentu aku tidak bisa menolak. Akupun melangkah mendekatinya. Kini kami sudah berada di bawah payung yang sama, hanya berjarak beberapa cm, mungkin selama ini pertama kalinya kami berada sedekat ini. Jinyoung sunbae tersenyum ke arahku sambil menganggukkan kepalanya pertanda mengajakku mulai melangkah. Di tengah hujan yang dingin ini, aku justru merasa hangat karena aku bisa bercerita dan tertawa bersama Jinyoung sunbae di bawah payung yang sama.